Baca Juga
Hubungan sepasang ibarat nahkoda dan awak kapalnya
Laki-laki menjadi nahkodanya, memegang setirnya membawa awak kapalnya sampai tujuan
Nahkoda yg berjuang dengan keras melawan ombak yang besar, badai yang kencang, karang yg tajam
nahkoda yg melindungi awak kapalnya tidak tenggelam dan menghilang, tidak tersakiti terkena tajamnya batu karang
Namun itu semua hanya mimpi
Nahkoda merasa lelah memegang setirnya, melawan badai yg kencang, tangannya mulai lelah, kakinya mulai lunglai, hatinya mulai goyah akan kepercayaan bahwa dia bisa membawa awaknya sampai di tujuan
Nahkoda mulai menyerah, mulai melepaskan setirnya,
Nahkoda mulai asik dengan kesenangannya,
Ibarat kapal ada berbagai kebutuhan di luar sana di lautan
Satu persatu dia capai semua keinginannya, semua kesenangannya
tanpa sadar sang awak kapal disudut sana menanti nahkoda memegang setirnya kembali
tanpa sadar sang awak kapal disana sedih melihat nahkodanya yang egois tidak melihat pasangannya yaitu awak kapal
Tidak ada yg memegang setir kapal itu,
sang awak tidak bisa berbuat apa apa
perjalanannya saja tidak tahu tujuannya kemana dan arah nakoda sampai tujuan dia tidak tahu
kemudian awak memaksakan diri memegang setir bermaksud membawa kapalnya tetap melaju entah melewati arah yang mana
Awak kapal belajar perlahan menerima kerasnya ombak, dinginnya angin badai, tajamnya percikan air
perlahan dia tidak ingin kapalnya jatuh dan menghilangkan sebuah harapan
Tapi awak kapal tersesat, entah berada dimana
Nahkoda pun marah kecewa dengan awak kapal
akhirnya ia semakin menyerah bersamaan dengan kemarahannya
dia semakin melampiaskannya dengan mencapai kesuksesan mencapai keinginannya
Awak pun merasa risau gelisah tidak tahu lagi berbuat apa
awak itupun bersama dengan kekecewaannya mulai menyerah
Lantas bagaimana? apa yang terjadi?
Kapal mereka berdua terombang ambing di tengah lautan,
Sesaat lagi akan hancur diterjang ombak badai dan batu karang,
Mereka tak saling bicara,
Menentukan arah, mencari jalan kembali, memegang kepercayaan dan harapannya kembali yg dulu pernah terucap
Mereka menyerah,
awak menyerah ingin menghilang agar tidak tersakiti di dalam kapal
entah apa yg akan diputuskan dengan bijak oleh nahkodanya, rasanya sang awak kapal sudah tidak ingin peduli namun tetap terus berharap walaupun harapan itu akan terwujud kecil harapannya
Disudut menuju senja,


0 comment
Terima Kasih sudah membaca sampai selesai-
Mari berkenalan dan saling berbagi, silahkan isi di kolom komentar